Tuesday, January 14, 2014

Dilema Pertambangan Indonesia: Membangun atau Merusak?

     Bagi kalangan naturalis, keberadaan industri pertambangan di suatu wilayah merupakan ancaman besar bagi hilangnya keanekaragaman dan rusaknya lingkungan akibat aktivitas pertambangan. Salah satu dosen saya pernah bercerita dalam kuliahnya tentang 'borok' yang berupa lubang-lubang besar bekas penggalian hasil tambang yang menganga lebar di atas tanah nusantara di berbagai wilayah di Indonesia. Belum lagi dengan masalah pertambangan yang tidak ramah lingkugan sehingga ekosistem perairan menjadi tercemar dan tanah dipenuhi oleh asam-asam tambang. Banyak juga penyakit yang timbul akibat pencemaran yang terjadi di sekitar kawasan pertambangan. Begitulah pandangan awal yang diberikan kepada saya mengenai pertambangan mineral di Indonesia. 
    Di sisi lain industri pertambangan sebenarnya merupakan suatu industri yang sangat menjanjikan di Indonesia. Indonesia sebagai negeri yang kaya akan sumberdaya alam, mineral dan minyak serta gas terkubur dalam perut Bumi Indonesia masih bisa digali untuk dimanfaatkan bagi kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Minyak, gas alam, mineral dan logam serta batubara sebenarnya adalah aset berharga kita yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan energi dan ekonomi ketika hal tersebut disinergikan dengan keselarasan terhadap lingkungan dan pelestariannya.
     Sampai saat ini, saya rasa tidak sedikit industri pertambangan di Indonesia yang telah mengembangkan sistem penambangan yang cukup ramah lingkungan. Kalaupun belum, beberapa program dari perusahaan-perusahaan tambang tersebut setidaknya telah sedikit 'menebus dosa' terhadap pengerusakan lingkungan dengan mengadakan berbagai program lain, seperti penghijauan di lahan kritis, peningkatan produktivitas lahan di sekitar kawasan pertambangan yang berbasis masyarakat serta pembiayaan berbagai program pendidikan dan penyelamatan lingkungan melalui bagian Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan tambang tersebut. Saya pun tidak menyangkal bahwa keberadaan perusahaan tambang di Indonesia telah memberikan kontribusi yang luar biasa dalam pembangunan dan peningkatan ekonomi Indonesia serta penyerapan tenaga kerja untuk bekerja di sektor pertambangan. Hal tersebut merupakan berbagai dampak positif yang bisa kita rasakan dari keberadaan industri pertambangan di negeri kita ini. 
     Sadar ataupun tidak, listik yang kita gunakan, kendaraan yang kita pakai untuk bepergian serta berbagai peralatan elektronik yang kita gunakan semuanya berasal dari hasil pertambangan. Berbagai produk dasar pertambangan tersebut yang kemudian melalui beberapa industri lagi diolah menjadi apa yang kita lihat dan kita gunakan sekarang. Oleh karena itu saya pikir kita tidak perlu menjadi terlalu munafik dengan berparadigma negatif terhadap industri pertambangan Indonesia. 
     Memang benar dan harus kita akui bahwa hingga detik ini sebagian besar industri pertambangan, baik industri hulu migas dan tambang mineral di Indonesia masih dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing. Sebenarnya hal tersebut pun memiliki dua sisi, positif dan negatif. Di sisi positif, keberadaan perusahaan-perusahaan asing tersebut dapat meningkatkan kerjasama antar negara yang kemudian akan memberikan dampak sistemik terhadap pembangunan negeri melalui investasi infrastruktur yang diberikan. Akan tetapi, di sisi lain terdapat pandangan bahwa dengan banyaknya perusahaan asing yang berkecimpung di industri pertambangan Indonesia maka kesempatan Indonesia untuk dikapitalisasi oleh asing akan semakin besar. Selain itu, produk-produk tambang yang berkualitas wahid bisa jadi diekspor keluar dan produk tambang yang kita peroleh hanyalah produk kelas dua atau kelas tiga.
     Mengenai keterlibatan asing tersebut, banyak yang juga kurang sependapat dengan hal tersebut. Bahkan, hingga mengutip pernyataan Bung Karno yang kurang lebih menyatakan bahwa biarlah semua mineral terkubur dalam perut Bumi Indonesia hingga suatu saat para putra Bangsa yang menggalinya sendiri. Menurut saya, kondisi yang ada saat ini terkait hal tersebut juga memiliki dua sisi. Apabila saya ingin skeptis terhadap Indonesia, saya dapat melontarkan berbagai pertanyaan yang mungkin dapat direnungkan oleh berbagai kalangan yang menolak campur tangan asing tersebut. Apabila tidak ada campur tangan asing dalam industri pertambangan Indonesia, apakah kita yakin pembangunan Indonesia bisa semaju sekarang? apakah dengan berbagai sumberdaya yang dimiliki Bangsa Indonesia (ekonomi, manusia, teknologi) sudah dapat secara mandiri membangun industri pertambangan yang ideal? 
   Saya pun sebenarnya tidak menyangkal bahwa keterlibatan asing dalam industri pertambangan di Indonesia adalah sepenuhnya baik. Akan tetapi, kita pun perlu untuk membuka diri dan berkolaborasi untuk mengoptimalkan sumber daya yang kita miliki seraya meningkatkan kualitas Bangsa agar suatu saat nanti kita dapat menjadi mandiri seutuhnya. Kita masih butuh bimbingan, tetapi hendaknya kita tidak boleh diintervensi terlalu jauh oleh keberadaan asing ini.
    Masih berkaitan soal asing, akhir-akhir ini isu mengenai pertambangan juga sedang panas mencuat apabila kita mengikuti perkembangan berita. Hal tersebut terkait dengan Peraturan Presiden No.1 Tahun 2014 yang melarang perusahaan tambang menjual hasil tambang mentah ke luar negeri yang menurut banyak perusahaan cukup memberikan kerugian besar karena harga produksi akan menjadi lebih tinggi. Untuk saya yang tidak terlalu mengerti mengenai proses kerja dalam industri pertambangan, saya berpikir bahwa terkadang memang benar kalau banyak perusahaan tambang yang mengajukan protes karena memang saat ini kita masih terkendala dengan besarnya biaya produksi untuk menghasilkan suatu produk tambang yang jadi. Menurut saya, sebelum pemerintah mengeluarkan peraturan semacam itu, tentunya pemerintah sudah harus mempertimbangkan akan adanya fasilitas pengolahan bahan tambang mentah hingga menjadi produk tambang jadi dengan harga yang cukup bersain di pasar global. Apabila hanya ada peraturan tanpa fasilitas yang memadai dari pemerintah untuk mendukung dijalankannya peraturan tersebut, menurut saya sah-sah saja jika perusahaan melakukan protes. 
    Dengan ditetapkannya peraturan pemerintah yang baru tersebut, saya sebenarnya sedikit merasa bahwa akan terjadi banyak pemangkasan anggaran dari berbagai perusahaan tambang khususnya pada anggaran proyek CSR dan mungkin beberapa komponen anggaran lainnya untuk tetap mendukung jalannya aktivitas industri tersebut. Ketika alokasi dana CSR perusahaan tambang dikurangi maka peluang untuk melakukan berbagai aktivitas positif yang bermanfaat bagi penyelamatan lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat melalui berbagai program sangat mungkin untuk mengalami hambatan. Padahal, aktivitas pengerukan bahan tambang akan tetap berjalan. Hal ini tentunya akan menimbulkan berbagai ketimpangan yang kemudian akan berdampak pada berkurangnya alokasi dana rehabilitasi lingkungan, penurunan produksi dan pendapatan negara dari sektor pertambangan serta matinya beberapa perusahaan tambang lokal yang tidak cukup kuat dalam persaingan global.

Wednesday, November 23, 2011

Di Biologi UGM ada Kelautan juga lho...

Teman-teman pecinta kelautan, bagi yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan tentang kelautan dan pesisir, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada memiliki sebuah kelompok studi, yang bernama Kelompok Studi Kelautan Biologi Gadjah Mada atau biasa disingkat KSK BIOGAMA. Kelompok studi ini terbagi menjadi 5 kelas keilmuan, di antaranya: Kelas Keilmuan Algae, Kelas Keilmuan Molusca, Kelas Keilmuan Crustacea, Kelas Keilmuan Echinodermata serta Kelas Keilmuan Pisces dan Terumbu Karang. 

Kelompok studi ini dibentuk pada tanggal 19 September 2000 dengan nama Kelompok Studi Laut (KSL) dan kemudian berubah nama menjadi Kelompok Studi Kelautan (KSK). Banyak sekali kegiatan yang sudah dilakukan oleh KSK termasuk melakukan ekspedisi ke Taman Nasional Laut Kepulauan Karimun Jawa. KSK juga memiliki banyak sekali prestasi yang sudah dicapai, baik di tingkat Nasional maupun Internasional. Oleh karena itu, bagi teman-teman yang ingin berkomitmen pada pengembangan sumber daya dan potensi kelautan Indonesia, kalian bisa bergabung bersama kami di Kelompok Studi Kelautan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. 

Sekretariat berada di:
Palung KSK Fakultas Biologi UGM
Jalan Teknika Selatan Sekip Utara
Bulaksumur, Yogyakarta 55281-Indonesia
email: kskbiogama@yahoo.com

Kami tunggu kedatangan dan kontribusinya ya... 
Jales Viva Jaya KSK!

Finalis KIM 6 telah diumumkan ^^

Dari hasil penilaian dan seleksi yang sangat ketat yang dilakukan kepada 92 makalah dari 15 propinsi di Indonesia oleh para dewan juri di Jakarta, diantaranya: Bu Dr. Deny Hidayati (Ahli Penelitian), Bu Dr. Linda Christanty (Ahli Kreativitas dan Inovasi), Pak Muhammad Abrar, M. Si (ahli Kelautan), Mbak Yuni Ikawati (Ahli Media), Mbak Estradivari (Ahli Lingkungan Hidup) yang dilakukan di gedung COREMAP - LIPI pusat maka akhirnya terpilihlah tiga makalah terbaik, yaitu:
  • SMA Negeri 1 Kendari mewakili propinsi Sulawesi Tenggara dengan judul makalah "Permainan Interaktif sebagai Media Pendidikan Pelestarian Terumbu Karang Sejak Dini di Pulau Bungkutoko, Kota Kendari" (Study di SD Negeri 03 Abeli)
  • SMA Tarsisius 1 Jakarta mewakili propinsi DKI Jakarta dengan judul makalah "Penyelamatan Terumbu Karang dengan Kartu Terumbu Karang (KTK)"
  • SMA Negeri 1 Jakarta mewakili propinsi DKI Jakarta dengan judul makalah "Mengurangi Tekanan Terhadap Terumbu Karang di Kepulauan Seribu Melalui Program Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 1 Jakarta"
Ketiga Finalis tersebut, merupakan tim dengan poin tertinggi dari seluruh makalah penelitian dan/atau studi pustaka yang masuk ke meja panitia pusat dan siap bersaing pada tanggal 26 November 2011, bertempat di Hall Pameran, Lantai LG Tamini Square Mall, Jakarta, untuk memperebutkan posisi juara 1,2 dan 3. Dengan menghadirkan panelis-panelis yang handal & terkenal seperti : Artika Sari Devi (Putri Indonesia 2004), Jamaluddin Jompa (Ahli Terumbu Karang), Nurul Dhewani (Ahli Kelautan) dan Mikael Prastowo (Perwakilan LSM Terumbu Karang). 
Selamat ya kepada seluruh finalis^^
 
Bagi teman-teman yang belum beruntung, jangan pernah kecewa ya^^ Tetaplah berkarya dan berkontribusi bagi pengembangan sumber daya dan potensi kelautan Indonesia, karena kita adalah Bangsa bahari yang besar.

Saturday, September 24, 2011

KIM 6 di mulai!!

KIM (Kontes Inovator Muda) sudah dimulai lagi. Tahun ini, pelaksanaan KIM telah memasuki tahun ke-6. Untuk adik-adik SMA yang punya minat tinggi di bidang kelautan, ayo asah kemampuan kalian dalam menulis makalah kelautan. Jangan sampai ketinggalan lho.. Walaupun sebenarnya postingan ini juga sangat terlambat. hehehe... Tetapi, tetap semangat untuk menjadi sang inovator ya!

Dukungan untuk adik-adikku di Maumere

Buat adik-adikku di SMA Negeri 1 Maumere yang saat ini dalam proses membuat karya tulis ilmiah dalam rangka mengikuti Kontes Inovator Muda 6, tidak pernah menyerah ya dan terus berusaha. Kakak yakin kalian pasti bisa memberikan yang terbaik dengan kemampuan kalian. Sebagai satu tim, kalian harus menjadi tim yang solid. Kerja sama itu sangat penting. Oh ya, konsultasi dengan guru pembimbing juga harus tetap terjalin.
Untuk Uci, Frans dan Rina: kumpulkan data yang selengkap dan seakurat mungkin dan jadwal rutin yang sudah ada tolong dilaksanakan. Untuk Yos, dkk: setelah ada persiapan, konsultasi itu perlu, tidak boleh bekerja sendiri-sendiri. Tim harus solid. Untuk Rian, dkk: Jangan mudah menyerah dalam menghadapi sesuatu. Mungkin saja di balik tantangan yang sangat sulit akan muncul kebahagiaan yang besar. Untuk tim lain yang tidak kakak sebutkan, kalian juga harus kompak ya. :)
Adik-adikku, ini saja yang bisa kakak sampaikan sebagai motivasi buat kalian. Tetap semangat dan jangan putus asa. Jika ada hal yang mau kalian tanyakan, jangan sungkan. Tanyakan saja sama kakak, jika kakak bisa membantu maka pasti akan kakak bantu. Salam. :)

Wednesday, March 30, 2011

 Lokasi pembudidayaan rumput laut. Lokasi ini terletak sekitar 200 meter dari garis pantai dan kedalaman sekitar 10-14 meter
 Adik-adik kelas yang tikut bersama dalam pengamatan tentang rumput laut. (Alit dan Uci)
 Rumput laut yang baru di ambil dari lokasi pembudidayaan dan akan diseleksi untuk dijadikan bibit baru
 Pelepasan rumput laut dari ikatan untuk dikumpulkan dan diseleksi
 Rumput laut dari jenis alga hijau
 Rumput laut dari jenis alga merah
 Penyakit ice-ice yang biasa menyerang rumput laut.
Biasanya bagian yang terkena ice-ice akan berubah warna menjadi putih, dan bagian yang terkena akan membusuk
 Proses pengikatan rumput laut hasil seleksi. Pada umumnya, dari satu ulur tali yang digunakan untuk membudidayakan rumput laut, bisa diperoleh tiga ulur tali sebagai bibit baru.
 Sambil menambah pengetahuan tentang rumput laut, sambil mengisi perut juga dengan kelapa muda. Hehehehe.... :)
 Rumput laut basah yang siap untuk dijemur








Bawah: Rumput laut dalam keadaan setengah kering. Biasanya rumput laut yang dijemur akan kehilangan 90% beratnya.

Monday, March 28, 2011

Secuplik Cerita tentang Rumput Laut di Pesisir Pantai Geliting

Tanggal 20 Maret 2011 baru-baru ini saya bersama adik-adik kelas saya berkesempatan untuk mengunjungi tempat pembudidayaan rumput laut yang ada di Maumere, tepatnya di daerah Geliting. Lokasinya berjarak sekitar 8 km dari pusat kota Maumere. Akses ke tempat ini dapat dicapai dengan menggunakan angkutan kota ataupun ojek.
Di sana saya mewawancarai salah satu petani rumput laut yang berama Bapak Muhammad. Beliau sudah menekuni usaha ini sejak tahun 2004. Pada saat COREMAP II Sikka memulai program pembudidayaan rumput laut. Jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah dari jenis alga hijau dan alga merah, yakni Euchema cottonii dan Gracilaria, spp.
Kami pun sempat di ajak untuk mengambil rumput laut yang akan diseleksi lagi untuk dijadikan sebagai bibit. Tali yang dipakai sepanjang 35 meter. Dari satu ulur tali, dapat diperoleh tiga ulur tali yang akan dilepaskan lagi ke laut selama 45 hari lalu kemudian dipanen.  Dalam sekali panen, biasanya Bapak Muhammad memperoleh 100 ton rumput laut basah yang kemudian akan dikeringkan.
Biasanya rumput laut yang telah dipanen dijemur selama lebih kurang tiga hari jika hari cerah untuk mengurangi kadar air di dalam rumput laut. Jika cuaca sedang tidak cerah, proses penjemuran dapat berlangsung selama kurang lebih satu minggu. Harga jual rumput laut kering ini berkisar sekitar Rp 8.000,00. "yah, lumayan lah untuk hidup dan sekolah anak-anak," jawab Bapak Muhammad ketika diwawancarai. 
Metode yang digunakan oleh sebagian besar nelayan adalah metode long line, yakni dengan mengulurkan tali yang diikatkan pada pemberat di bagian bawah dan pelampung di bagian permukaan air. Untuk optimalnya pertumbuhan rumput laut, sebaiknya tempat pembudidayaan diletakkan pada kedalaman sekitar > 10 meter atau sedikit jauh dari ekosistem terumbu karang.